Kamis, 25 Juli 2013

Sajadah Daun Kering

Aku sudah menangis. Bahkan, sudah terlalu lelah. Barang yang berharga bagiku hilang.
Aku punya sebuah sajadah. Gambarnya daun kering. Hanya sehelai. Jatuh dari entah dari mana. Lalu, di bawahnya berserakan daun kering lainya yang entah dari mana pula jatuhnya.
Warnanya kering. Coklat. Kuning. Layu.
Adalah sajadah yang selalu dipakai Ibu, hanya untuk sholat tahajud di saat aku terlelap tidur.


Sajadah yang digunakan untuk menutup katil penghantar Ibu ke dunia barunya. Sajadah yang kemudian kugunakan tanpa pernah lupa mencium harum Ibu. Ketika beliau menghembuskan nafas terakhirnya dnegan senyumannya yang terindah, sajadah itu ada di sebelah ranjangnya. Bukti beliau usai sholat tahajud.

Aku masih ingat malam itu. Saat aku hanya seorang diri. Dan Ibu tiba-tiba pergi. Ayah masih bekerja dan Kakak di negeri rantau menuntut ilmu. Aku hanya bersama Ibu. Dua orang wanita yang mulai layu.

Dan sekarang, sajadah itu hilang.
Saat aku tinggalkan sebentar saja di masjid. Setelah ditinggal Ibu, Ayah menyuruhku mondok. Di pondok ini, sudah berapa tahun. Sajadahku, daun kering bersama Ibu. Atau aku sekarang sudah tak boleh lagi layu, sayu, dan jatuh seperti daun itu.


To be continued.

Sumber gambar: http://adinugroho.web.id/wp-content/uploads/2010/09/muslim-siluet.jpg 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar