Alih-alih ngerjake tugas, aku nge-blog karena pengen cerita.
Sudah tak ada lagi seseorang itu. Yang tulus menerima telinganya panas karena rengekanku dan ceritaku. Seseorang yang sudah benar-benar tidak boleh diharapkan lagi kembalinya. #curcolHari ini benar-benar gila. Dari pagi sudah masuk di kubang masalah gara-gara satu organisasi yang lagi stuck. Ya kalian tahu lah, yang namanya organisasi pasti anggotanya pernah mengalami titik kejenuhan. Dan hari-hari ini organisasi itu sedang diuji. Mulai dari ketua (maaf Pak Ketu) yang mulai mempertanyakan hal-hal yang menurutku terpengaruh oleh emosinya. Tapi aku juga sadar Pak Ketu juga pasti begitu gara-gara anak-anaknya juga yang sengklek kayak aku. Fiyuuuh.
Ditambah lagi, ada masalah yang benar-benar membuatku de javu. Seseorang ingin me-..... dari kepengurusan. Ya Allah, bagaimana pula ini? Kalau kataku, yasudah biarkan. Hanya yang kuat hatinya yang rela dan ikhlas berlelah-lelah tanpa bayaran. Hei, kamu cari gaji di organisasi? Hellloooo, cari gaji mah di perusahaan coy! Bikin emosi aja. Dan lagi, secara ini tuh ormah islam cuy. Kamu kalah sama anak-anak do ormah yang ikhlas meski mereka gak pernah tahu Allah pasti Allah menabungkan gaji untuknya. Wah, gawe wong geuleuh tuh anak, maaf deh kasar dan frontal. Aku emosi!
Sudah macam tu, ada telepon dari seseorang yang belum pernah kulihat wajahnya. Tentang bisnis. Tapi sumpah, suaranya mirip banget sama "dia". Haish, ingatan itu membunuhku. Seseorang itu mengatakan ini itu menasihati dan berbicara lebih banyak hal yang berkaitan dengan organisasiku lainnya. Kuceritakan dia kepada Pak Ketu di organisasi kedua ini. Pak Ketu banyak memberi saran, thanks loch Pak. Tapi belum bisa ada tindakan nyata untuk menyelesaikan masalah tersebut. Menunggu. Emosi lumayan turun.
Di pondok, ujian nahwu sudah menanti. Aku sama sekai belum belajar. Akhirnya dengan berbekal bacaan ala kadarnya, dengan masiih menggunakan mukena, aku duduk di tempat ujian. Soal nahwu pun datang. Tau gak? Pake bahasa arab bro soalnya, haha. Meskipun pada akhirnya diartikan oleh ustadz-nya, aku sudah down. Kukerjakan soal yang jawabannya sedikit-sedikit bisa kuingat. Dalam waktu setengah jam, aku sudah berada di alam mimpi. Tidur. Dengan lembar jawab kosong di sana-sini. Saat waktu kurang sepuluh menit, aku terbangun. Kuambil lembar jawabku dan kuatungkan kertas itu pada ustadz pengambil lembar jawab. Benar-benar aku tuliskan jawaban paling lugu
Maaf, saya lupa, Pak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar